Tuesday, December 06, 2005

Assalamu 'alaikum Wr. Wb

Anak Kecil

Jika kita sudah bicara anak, begitu banyak yang ingin kita katakan. Apalagi jika seorang ibu, di minta untuk bercerita tentang anak kecilnya, maka sampai besok pun sang ibu sangup unutuk melanjutkan ceritanya. Ah anak.

Begitu juga ketika kita melihat sekumpulan anak-anak tampil ke depan untuk menyanyikan beberapa nasyid. Kita ibu-ibu pasti punya banyak komentar. Tampilan mereka memang sederhana. Bahkan amat sederhana untuk negri ini yang begitu banyak aksesorisnya, peraturannya dan pernik-lainnya. Tapi jangan anggap sederhana apa yang berkecamuk di hati mereka saat itu. Malu, gugup , bingung atau bahkan mereka sangat menikmati? Semua itu akan jadi pengalaman besar untuk mereka. Kata pepatah, pengalaman adalah guru yang paling besar. Saya senag sekali bisa melihat anak-anak tampil bersama ke depan dan menyanyikan nasyid. Karena saya waktu kecil tak punya pengalaman seperti anak-anak kecil tersebut.

Kita orang dewasa, semua pasti pernah punya pengalaman jadi anak kecil. Kita ingat, bagaimana rewel nya kita saat itu, ketika sedang tidur harus di bangunkan pagi-pagi karena harus ke sekolah. Kita juga tak lupa ,bahwa waktu bermain itu lebih enak di banding waktu makan. Walau ibu kita sudah dengan susah payah memasakkannya. Tapi sekali lagi, itulah anak kecil yang punya dunia sendiri yang kadang-kadang sulit dipahami oleh orang dewasa, walau mereka juga pernah menjadi anak. Yang berarti punya pengalaman jadi anak kecil.

Begitu banyak buku-buku tentang anak. Bahkan seminar-seminar tentang anak sudah seperti acara reuni buat para ibu. Karena begitu seringnya mereka hadir dalam cara tersebut. Tapi lagi-lagi yang mereka bicarakan masih tentang anak kecil, yang tak punya banyak pengalaman tapi punya banyak fantasi. Sebenarnya mana yang lebih banyak fantasi, kita orang dewasa atau anak kecil? Mana yang lebih besar keingin tahuan nya, kita orang dewasa atau anak kecil? Yang jelas anak kecil lebih bisa memaknai fantasi mereka dan lebih bisa mengakomodir keingintahuan mereka dengan banyaknya mereka bertanya dan ber-ulah. Kita lah orang dewasa yang terkadang mengecilkan itu semua.

Kita , orang dewasa sering sekali menyederhanakan sesuatu. Bahkan sampai pada hal-hal yang seharusnya tak perlu di anggap sederhana pun seringkali kita sederhanakan. Seperti, kita tak takut anak-anak kita lebih hafal syair lagu orang dewasa ketimbang Ayat Al-Qur'an, dan lebih tahu syair lagu yang tak bermakna ketimbang yang nantinya akan mempengaruhi hati dan pikiran mereka. Karena kita menganggap sederhana. Walau sebenarnya kesederhanaan dalam bersikap terkadang kita perlukan. Seperti dalam hal ini, tentang anak kecil dan ulahnya , sebenarnya semuanya menjadi sederhana saja , jika kita mau mencoba menempatkan dan memahami anak kecil dengan mengingat kembali atau merasakan akan apa yang di rasakan oleh anak kecil. Jadi bagaimana kita dapat berempati dengan anak kecil.

Kita orang dewasa sering kali menjadikan anak kecil untuk dapat berempati dengan kita. Yah, mereka tak bisa karena mereka belum punya pengalaman jadi orang dewasa dan mereka belum punya contoh bagaimana berempati. Jadi kita lah yang mengawalinya dahulu. Maka anak pun akan mudah meniru untuk berempati. Kita semua pernah menjadi anak kecil bukan? Jadikanlah pengalaman itu menjadi guru yang utama.


Wasalam.

Lely Marlini

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home


Friendster Clocks at PingAFriend.com
Myspace Graphics