Friday, December 02, 2005

Kita dan Hewan
saudaraku,
beratafakkur terhadap fenomena alam selalu menghadirkan kekaguman dan ketundukan luar biasa terhadap kemahakuasaan Allah swt. Kita akan semakin dalam merasakan kepasrahan dan ketidakberdayaan, seiring tafakur yang kita lakukan terahadap ayat-ayat Allah yang terhampar di sekitar kita. Beberapa waktu lalu, muncul pendapat yang penting kita jadikan objek tafakur. Bahwa, ternyata dalam beberapa hal, hewan lebih baik keadaannya daripada kita, manusia. Bahwa kita memang harus lebih tunduk dan lebih banyak sujud di hadapan kebesaran Allah swt.

Setelah terjadi hempasan gelombang Tsunami, sejumlah penelitian dilakukan para ilmuwan. mereka antara lain meneliti, mengapa jumlah korban Tsunami yang menimpa manusia, jauh lebih besar ketimbang jumlah hewan? Di srilangka, wilayah yang banyak dihuni oleh singa, macan dan gajah. Ternyata hampir tidak ada jasad binatang-binatang tersebut yang di temukan di antara korban Tsunami. Padahal jumlah korban manusia mencapai ribuan orang. Di negeri kita, juga korban bintang sangat jauh lebih sedikit ketimbang korban manusia yang mencapai puluhan ribu.

Saudaraku,
Kondisi itu adalah karena hewan mempunyai kemampuan luar biasa mendeteksi lebh awal gejala gempa bumi dan berbagai gejala penyimpanagn alam lainnya, dibandingkan kita, manusia. Hewan bisa segera merasakan perubahan tekanan udara, perubahan cuaca, dan bisa mendengarkan gemuruh suara yang terjadi akibat perubahan gerak alam ini dari jarak jauh. Kerena sensitifitas dan kepekaan itulah, hewan-hewan itu segera berbondong-bondong meninggalkan tempat tertentu untuk menyelamatkan diri. Seperti kisah saksi tragedi Tsunami, tidak sedikit orang melihat hewan berbondong-bondong lari ke tempat yang lebih tinggi sebelum terjadi gelombang yang menghempas daerah itu.

Renungkanlah saudaraku,
Kita memang tidak selalu lebih baik daripada hewan. Karena ternyata hewan juga memiliki karunia Allah yang lain, yang sesungguhnya jika dimiliki manusia, maka manusia akan menjadi makhluk yang sangat takut dari kemaksiatan kepada Allah swt. karunia itu adalah, pendengaran hewan terhadap jeritan orang-orang yang tengah disiksa dalam kubur. Dalam hadits shahih riwayat Bukhari dan Muslim disebutkan, suatu hari dua orang wanita tua dari kalangan Yahudi kota Madinah datang kepada Aisyah ra. mereka menyampaikan prihal siksa kubur yang dialami ahli kubur. Aisyah ra tidak percaya dengan berita itu, dan bertanya kepada Rasulullah saw. Ia bersabda, " Kedua wanita itu benar. ahli kubur itu disiksa di dalam kubur hingga terdenagr oleh hewan-hewan." Aisyah ra melanjutkan, bahwa Rasulullah memohon perlindungan Allah swt dari adzab kubur ketika shalat.

Saudaraku,
bagaiaman jika kita mendengar erangan sakit para ahli kubur itu? Apa yang kita lakukan jika kita menegtahui suara dahsyatnya siksa kubur? bersyukurlah hewan yang dikaruniai pendengaran terhadap proses penyiksaan ahli kubur itu. Bersyukur karena pendengaran itu bisa membuat mereka lebih tunduk, takut dan khusyu di hadapan kekuasaan allah swt. Ternyata, nilai kita tidak selalu berada di atas hewan. Bahkan kedudukan manusia bisa saja rendah dan hina lebih daripada hewan. Allah swt mengidentikan sekelompok manusia yang sederajat dengan hewan bahkan lebih hina dari hewan. Dalam Al Qur'an, nama-nama sejumlah hewan disebutkan untuk tasybih atau penyerupaan sifat manusia dengan hewan. Al qur'an menyebutakn qiradah (kera), himaar (keledai), kalb (anjing) terkait pembangkangan, kebodohan, kezaliman yang dilakukan manusia.

Saudaraku,
Kita ada di tengah ancaman bahaya dan tarikan kesesatan yang begitu kuat, yang bisa menjatuhkan kita menjadi seperti binatang. Nuansa ancaman dan tarikan kesesatan yang begitu pekat itu digambarkan oleh Imam ibnu qayyim, "siapakah orang yang bisa selamat bila ia mempuanyai pasanagn yang tidak mengasihi, anak yang tidak emmbantu, tetangga yang tidak emlindungi, teman yang tidak menasehati, rekan yang tidak jujur, musuh yang tidak tidur utnuk melancarkan permusuhannya, jiwa yang selalu mengajak pada keburukan, dunia yang berhias gemerlap, hawa nafsu yang selalu meminta, syahwat yang mengalahkannya, kemarahan yang membentak, syaitan yang menghiasi keburukan, dan kelemahan yang menguasai diri." (Al Fawaid, 48) Ibnu Qayyim melanjutkan, "Sesungguhnya jika ia mengambil perlindungan Allah dan mendekat kepada-Nya, semua ancaman itu akan hancur. Tapi jika ia menjauh dari perlindunagn Allah dan mengandalkan dirinya menghadapi ancaman itu, seluruhnya akan berkumpul sampai orang tersebut hancur."

Saudaraku,
Mari perhatikan hati kita ke dalam. Jenguk hati kita yang sedang berbaring tak berdaya. Kita tidak mungkin kuat dan berdaya tanpa pertolongan allah swt. mari mencontoh apa yang dilakukan Nabiyullah yusuf as, ketika gejolak nafsu menguasai hatinya, dan ketika Zulaikha datang menghampiri utnuk mengajaknya berbuat sesuatu yang dimurkai Allah swt. Nabiyullah yusuf as segera berpaling menghampiri allah dan mengadukan keadaan syahwatnya yang terus menerus mengajak kepada keburukan. Kemudian Allah swt mendatangkan rahmat-Nya dan memalingkan hatinya, mengangkat kekejian dari dalam hatinya, sampai Nabiyullah Yusuf terbebas dari perbuatan yang dilaknat Allah swt.

"Rabbanaa maa khalaqta haadzaa baathilan subhanaka faqina 'adzaabannaar." Ya Allah, sunguh tidak engkau ciptakan semua ini sia-sia. Maha suci Engkau, maka lindungilah kami dari siksa neraka...

Tarbawi/Edisi 118 Th.7/Ramadhan 1426 H/13 Oktober 2005M

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home


Friendster Clocks at PingAFriend.com
Myspace Graphics